SALAM BADINGSANAKAN

WE ARE BROTHER & SISTER

Kamis, 27 Oktober 2011

Bila Kuingat (episode SMA)


Kepergianku
Salah satu alasanku ingin bersekolah jauh dari orang tua adalah agar aku bisa mandiri. Terserah dimana saja yang penting bukan didekat ortu. Banjarmasinlah jawabannya, karena disana banyak keluargaku. Aku menumpang tinggal dirumah Paman (kakaknya abah yang kebetulan istrinya paman adalah acilnya mama, hm silsilah yang membingungkan bagi yang membaca).

Diantar abah dengan travel, dari dalam mobil aku lambaikan tangan kepada mama, adik-adik, om suri dan sahabatku Hairiah. Belum keluar dari wilayah Bontang aku tak kuasa menahan air mata, abah disampingku hanya diam saja melihatku, membiarkanku dalam fikiranku. Aku telah berani mengambil keputusan besar dan berat. Aku telah memutuskan jauh dari orang tua dan berani untuk jarang bertemu dengan mereka. Saat itu aku hanya membenamkan wajahku dalam saputanganku. Kesukaanku tuk melihat pemandangan tak aku lakukan, karena aku malu dengan penumpang dibelakangku bila mereka melihatku menangis.

Perjalananku masih panjang, karena kami tak langsung ke Banjarmasin melainkan ke Kalua dulu dirumah Julak (kakak tertua abah). Datang subuh-subuh, senang melihat julak serta sepupu-sepupu ku surprise melihat kedatangan abah dan aku. Mereka sangat menyanyangi abahku, jadi merasa beruntung aku jadi anaknya abah. Abah adalah sosok pendiam dan penurut sehingga keluarga banyak menyanyanginya, cocok sekali menikan dengan mama karena mama adalah orang yang lantih alias banyak bicara (ups koq malah ceritain ortu sih, hehe aku lagi rindu sama mereka nih soalnya). Suasana Bontang masih terngiang2 dibenakku. Tak kuasa lagi menahan air bening dimata ini. Kukeluarkanlah buku diary serta pensilku (hm baru sadar ternyata sejak dulu aku senang menulis). Terfikir ingin kembali ke Bontang namun itu sangat mustahil sehingga aku kuatkan diriku bahwa aku pasti sanggup melalui ini semua.

Pilihan
Sesampai di Banjarmasih dirumah paman kami disambut paman, istrinya, 3 orang sepupu perempuanku (kakak semua ini) dan satu lagi menantu paman, karena tak punya kakak sepupu laki-laki sehingga aku memanggil suami kakak ifah dengan sebutan ‘kakak baru’ hingga sekarang nama itu masih melekat padanya, diapun rela untuk dipanggil begitu. Kemudian pada hari pendaftaran sekolah aku mendaftar di tiga sekolah yakni: SMAN 1, SMAN 2 dan SMKN 4. Aku tak lolos di SMAN 1 tapi lolos didua sekolah yang lainnya. Aku harus segera memilih, aku tak begitu mengenal profile masing-masing sekolah ini, akhirnya untuk menyeleksinya aku menggunakan standar fisik sekolah. Pilihanku jatuh pada SMKN 4. Mengapa aku tak memilih SMAN2 karena saat melihat ruang kelasnya ada plafon yang rusak, imajinasiku mengambarkan bahwa disana nanti akan ada hantu yang kaluar (aneh emang aku saat itu, factor sering nonton horror saat SMP).

Kemudian untuk jurusan d SMK4 aku memlih Tata Busana, ini berdasarkan kesenangan. Bila dibandingkan 4 jurusan, tata busanalah yang lebih menarik hatiku.

Anak Baru harus melalui MOS (masa orientasi siswa)
Bisaalah yang namanya anak baru pasti harus melewati masa-masa ospek. 3 hari masa ospek. Saat awal-awal di SMKN 4 aku sempat tercengang melihat banyaknya siswa perempuan yang mengenakan kerudung, hampeir kira2 93%. Berbeda terbalik dengan saat aku SMP dulu. Aku mulai mengenakan kerudung saat kelas 2 SMP, itupun hanya aku sendiri dikelas.

Bila kuingat….. saat MOS kami disuruh pake emping (dot anak kecil) serta kacamata mainan. Pake emping sih masuk akal aja yaitu agar tidak ribut. Tapi pake kacamata apa maksudnya coba. Karena aku merasa terganggu dengan kacamata itu sehingga kacamatanya sering aku taro dikepala tapi selalu ditegur sama kakak osis. Terus setiap hari pasti dikasih PR yang sulit2, seperti telur cap RT serta kue2 yang ga jelas (lupa apaan namanya). Tuk telur sampai2 aku harus kerumah pak RT untuk minta beliau kasih stempel ketelur. Hari pertama berjalan lancar. Aku lupa ini kejadian hari ke 2 atau ke 3, aku sempat dimarahin dan dihukum. Tiba2 kakak osis jadi galak, dan tiba2 ada razia, tas kami semua diperiksa, dari tasku ada komic novel (hari pertama ga bawa apa2 ga ada razia, eh saat bawa ni komic novel ada razia). Terus dari tas Oni banyak banget alat2 make up tapi dia selamat karena hari itu dia emang diminta panitia tuk modeling. Tinggallah aku yang dibentak2, dan disuruh membaca buku itu sekeras-kerasnya sampai seleai, tapi aku yakin ga mungkin mereka akan menungguku membacanya teriak2 sampai selasai. Mungkin kalau tidak salah ingat, sampai 2 halaman saja aku sudah disuruh berhenti, huh sebel banget sama kakak2 osis, kenapa sih harus selalu pake acara marah-marahan, mulai dari itu aku berencana menjadi anggota osis, tapi yang ga pake marah2, marah2 tuh temennya setan tau (eh koq emosi)

Kemudian diacara penutupan ditampilkan modeling dari siswa baru sendiri, saat itu Oni dan Rudi yang lenggang-lenggok di panggung karena mereka emang model. Ada juga kakak tingkat yang model tapi mereka ga nampil. Belakangan aku ketahui ternyata disekolahku banyak banget model dan ada juga artis daerah.

Masuk osis
Setiap kelas dipilih lima orang untuk masuk osis. Awalnya aku, herna, vika, aufa, n diah sempat bingung mengapa kami dipanggil ibu Norma. Ternyata kami dipilih ibu Norma untuk menjadi perwakilan osis dari kelas kami. Dan pada hari yang ditentukan kami2 para calon pengurus baru harus diospek dulu. Aku diberi wejangan oleh kakak2 sepupuku, biasanya ospeknya melatih mental kita. Kita akan dibentak2 dan dikerjain serta dicari2 kesalahan kita. Oke aku sudah siap dengan ujian dari kakak2 osis. Acara dimulai sejak siang kalau tidak salah. Semua berjalan lancar2 saja, sampai isya masih fine, sebelum tidur ada wawancara, kalau tidak salah ingat dulu yang wawancarain aku ka ozan dan lupa siapa satunya, saat ditanya aku mau masuk mana, dengan PDnya aku bilang ketua osis, mereka kaget dengan jawabanku, berani sekali aku mamilih ini, saat mau aku ganti mereka melarang, mereka memaksaku untuk tetap memilih sebagai ketua osis, ya sudah biarlah, habisnya aku terinspirasa sababatku waktu SMP dulu, Mardi ketua osis di SMPku. Tengah malam kami dibangunkan, mulailah mereka beraksi dengan kebisaaan mereka ‘marah-marah’. Kami dikumpulkan diparkiran, kakak2 marah2 dan teriak2. Mereka bilang kalau mereka ditegur warga sekitar karena ribut, perasaan yang ribut mereka kok kami yang dimarahin. Disuruh berbaris, terus berbaring sampai mencium tanah, terus disuruh berdiri lagi, berhitung, terus disuyuh ngemut permen kaki bergiliran (halah ni apa maksudnya coba). Kalau disuruh push up mah ok bisa sehat.

Terus satu persatu masuk sekolah dengan satu lilin dan 5 batang korek api, kami harus menjaga api agar tak padam. Melewati loundy aku harus menyebutkan password, yah berhasil walau dengan bentakan. Terus berjalan hingga depan koperasi ada kakak yang tiba2 memukulkan kain ke lililku, ya jelaslah padam, aku mulai menahan kupingku dari bentakan2 kakak2 itu walau sakit rasanya. Sebelum sampai pada tangga tertinggi di tangga boga aku melihat temanku yang disuruh sit up, dan setelah melewati tangga boga aku shock ada suster ngesot yang menarik2 kakiku, aku ingat pesan kakak sepupu kalau semuanya itu pasti bohongan. Tuk melepaskan cengkraman sang suster ngesot kujambaklah rambut suster itu, karena aku ingin mengetahui siapakah gerangan yang menjadi hantu jadi-jadian itu, aku ingin melepas wignya, dan ternyata gak bisa dilepas, itu rambut asli. Sepertinya mereka sudah dipesanin kalau ada yang berani segera dilepaskan kali. Oke lolos dari hantu ini. Berjalan di kelas kecantikan, lalu kelas perhotelan, dan pas didepan ruang computer aku dikagetkan pocong, berani  beraniin diri tuk mandangin tu pocong, padahal jantungku udah mau copot. Posisi kami tidak terlalu jauh sehingga aku bisa melihat jelas kain yang pocong kenakan

Aku          : hahahah pocongnya make mukena
Pocong    : (lari)
Kakak yang matiin lilinku        : ojaaaaan masak pocongnya yang bukah (lari)
Aku          : jiah ketahuan, kak ojan
Pocong    : inya lebih seram daripada aku

Penyiksaan terus berlanjut, bila melalui posko2 tuk minta ttd kakak2, pasti saja dikerjain, disuruh nyanyilah, atau disuruh keposko lain dulu. Ah entah berapa kali aku harus turun naik tangga.

Pada saat melewati kelas busana ada dua patung disana, karena masih maba aku masih belum hafal jalan2 disekolah, sehingga aku mengira patung itu hantu. Apalagi saat itu suasana disitu sepi. Yang paling rame itu dikantin dan dekat mushollah dan ruang osis. Saking sebal, jengel, stress dan lelah, aku sempat terfikir untuk bunuh diri, lompat diatas lobi, tapi tak jadi karena aku takut kesakitan dan dosa (hahah untung saja masih sadar). Terus juga ada seperti kepala terbang, karena patung kepalanya milik kecantikan dipegang dari rambut sang patung terus dilemparkan kewajah kita, gimana gak kaget coba. Aku berharap ada peserta yang pingsan biar kakak2 osis dimarahin, hahaha. Oke segitu saja dulu cerita penderitaanku.

Setelah mendapatkan tandatangan sesuai perintah kami disuruh berbaring dilapangan dengan menghadapkan pandangan kelangit. Hm lega rasanya, telah melewati penyiksaan lahir batin itu. Mendekati waktu subuh ada muhasabah, terus kakak2nya pada nangis, aku tahu itu pasti acting mereka saja. Setelah shalat subuh, kami disuruh siap2 karena kami akan jalan2 kepasar terapung dan pulau kembang. Saat menunggu kapal yang akan kami naiki, kakak2 kecantikan bercerita2 kejadian tadi malam.

Pake bahasa Indonesia saja ya, karena aku lupa gimana kakak itu ngomongnya gimana.
Kakak       : eh tadi malam ada yang narik rambutku. Dia pake kerudung.
(sebenarnya banyak yang berkerudung sih, tapi pas malam itu sisa aku n aufa saja yang pake kerudung)
Aku yang kebetulan disampingnya sontak kaget.
Aku          : oh tadi malam kakak yang jadi suster ngesot. Maaf ka lah, aku kira pian pake wig.
Kakak       : oh ga papa
(teman2ny tertawa)
Alhamdulillah ga masalah. Padahal tampang kakak ini lumayan galak.

Kampanye
Kakak osis memberitahuku bahwa aku harus siap tuk berkampanye. Saat dirumah aku persiapkan kata-kata dan berlatih, karena aku belum terbiasa berbicara didepan umum. Dan pada hari yang ditentukan seluruh murid dikumpulkan untuk mendengar kampanye masing2 calon. Hm aku menyesal mengapa aku memilih untuk menjadi ketua osis. Ada 6 calon, 2 orang dari siswa baru yaitu aku dan dari kecantikan. Terus setelah pemungutan suara, aku diurutan ke 4 sehingga jabatan yang aku dapatkan adalah bendahara, tapi karena tak tertarik sehingga aku meminta untuk menjadi naggota sekbid ketakwaan saja.

Bahasaku
Tahun pertama bahasa Indonesia full. Ditahun kedua udah mulai fifty fifty indo n banjar. Ditahun ketiga lancar udah bahasa banuanya, bahkan jadi kagok bahasa Indonesia.

Bersama teman sekelas (III Busana 2)
Tata Busana
Sering kangen dengan kelas2 praktek. Kangen dengan ruang kelas praktek karena disana mejanya gede2,  bila kelas praktek dibuat kelas belajar maka kami semeja bisa mencapai 6-7 orang, asik juga buat tidur kalau sedang ngantuk. Pemandangan diluar jendela juga lumayan bagus. SMKN 4 tertelak didaerah Kayu Tangi, disana tata kotanya lumayan tertata. Rindu juga pengen ngeliat n gunain mesin2 industri yang besar2 namun banyak yang rusak, hehe. Yang paling ngangenin adalah cermin-cermin yang super gede en banyak. Rindu juga gunain celemek buatan sendiri, warna cream dengan sulaman bunga-bunga serta tertuliskan nama panggilan sang pemilik celemek, juga ada tiga kantong dibawahnya, dihias dengan kain kotak2 disetiap sisinya. Yang paling lucu menurutku adalah celemeknya aisyah, saking pengen singkatnya kali sehingga dia menyulamkan namanya ‘esa’ dicelemeknya. Lain lagi dengan Irma yang nama lengkapnya irmawati, dia menyulam namanya dengan ‘irma doang’ sampai2 nama panggilannya menjadi Irma doang.

Setiap hasil karyaku pasti tak ketinggalan air mata menyertainya. Haha dasar cengeng. Gak juga sih. Aku hanya stress bila ada sedikit jahitan yang salah atau kurang rapi disuruh ulang. Kami-kami sangat pamiliar dengan pasar, karena bila segera akan memasuki kelas praktek kami pasti harus kepasar dulu.

Untuk kelas design heran sama tanganku ini, kok ga pernah bisa lues, biasanya aku perlu bantuan teman2ku untuk merapikan sedikit goresanku yang kaku, kepada rahmi, odet, herna, rajab, dll tengkyu berat  sister. Untuk dikelas bikin pola sih aku lumayan bisa, pola2 buatanku juga sedikit agak rapi ketimbang ngedesign. Tapi sekarang mana buku polaku yah, hm hilang, padahal aku sayang sama tu buku, soalnya aku nyampulin tu buku imut en cantik. Semoga segera ketemu ya bukuku sayang.

Pagelaran tugas akhir
Bila sudah masuk ujian, maka anak busana harus siap dengan tema yang diusung, kalau aku kemaren ujiannya membuat baju pesta remaja, dua tahun diatasku membuat baju kerja (jas perempuan). Nah setelah ujian berakhir maka karya2 ini harus ditampilkan untuk dinilai. Aulapun disulap jadi panggung catwalk. Di SMA inilah aku mulai mengenai modeling. Biasanya ngeliat di TV2 saja. Bahkan di sekolah ada ekstrakulikuler modeling, teman2 dikelasku saja pada jago jalan seperti model.

Tata kecantikan
Waktu MOS ada guru2 yang memberikan materi, waktu itu bu Merry yang berbicara. Aku mengira ibu Merry adalah guru kecantikan karena penampilan beliau mendukung banget sbg guru kecantikan, rambutnya pirang, make up-nya juga bukan seperti guru, bajunya juga oke, yang jelas modis banget deh, keren. Dan ternyata ibu Merry adalah guru busana. Nah kalau orang yang tak mengenal sekolahku akan tecengang2 melihat anak2 dari kecantikan, rambut mereka yang warna-warni, ada yang pink, pirang, sedikit ijo, merah, ada juga yang warna-warni kayak kemoceng (ni lebay gak ya? hehe). Terus mereka juga pake make up. Apalagi kalau ujian hm make up pesta malam atau make up pengantin.

Tata boga
Hm ini nih yang asyik. Bila kuingat…. Selesai praktek bikin kue, minuman ataupun makanan terkadang ada yang harus mereka jual. Aku rindu melihat anak2 boga praktek. Bisaanya kalau melewati ruang praktek boga aku senang melihat mereka praktek. Dengan seragam SMA, pake celemek putih dan kain putih dikepala, hm keren sekali. Bahkan terkadang saat kami-kami belajar, datang lah aroma sedap yang mengganggu konsentrasi seantero SMKN 4. Masakan mereka keseringan sih enak namun kalau mereka menjual harganya mahal dan porsinya kecil, tapi mau gimana lagi, mereka sudah keluar modal banyak.

Restoran mewah
Beruntung deh guru2 di SMKN 4, bisa dapat undangan makan dari anak2 tata boga, apalagi saat2 ujian, lapangan basket bisa berubah jadi restoran mewah lengkap dengan pelayan2 yang siap melayani. Tenda bitu putih yang mewah dibuat ditengah lapangan, meja bulat dengan kursi-kursi yang dilapisi kain putih. Apalagi diatas meja terdapat beragam kamanan serta sendok yang beragam ukurannya. Siswa-siswa yang lain ada yang melihat ada juga yang sibuk dengan urusannya masing2, pemandangan begini sudah menjadi hal yang biasa di SMKN 4.

Isi tas
Kalau dari SMA-SMA lain isi tas mereka penuh dengan buku2 serta kamus2. Kalau anak SMKN 4 ada tambahannya, selain buku2 pelajaran ditas ransel, ditambah lagi tas jintingan penuh dengan barang2 sesuai jurusan. Kalau busana dengan kain, kertas pola, penggaris, peralatan2 jagit yang kecil2 namun banyak. Kalau boga, dengan bahan2 mentah makanan. Yang lucu kalau kecantikan isi tas jintingannya adalah patung kepala.

Tata Perhotelan / pariwisata
Bila ada lomba-lomba kebersihan, sekolahku sering meraih juara 1, gimana ngga, disekolah ada anak2 perhotelan yang jago bersih-bersih, hehe ngga kok. Semuanya rajin kok. Karena pengawasan kebersihan disekolah lumayan bagus. Pemandangan dipagi hari adalah semua kelas pasti menjankan kewajiban piket. Hanya perhotelah pasti yang menjadi uggulan, karena mereka tahu trik2nya. Mereka bahkan berdiri di genteng untuk membersihkan kaca jendela, jelas saja kelas2 perhotelan kinclong2. Lantai bersih, meja dan kursi juga dilap. Pemandangan seperti ini juga yang aku rindukan. Aku jarang melihat mereka praktek karena mereka prakteknya di hotel education disamping butik sekolah, jadi tertutup. Palingan saat mereka praktek membawa botol diatas nampan dengan tangan satu, mondar mandir di lapangan, kemudian berlanjut keliling sekolah diseputaran sekolah. Pernah dengar sih, kalau anak perhotelah praktek masang seprei kasur harus merentangkan tangan dengan lurus dan seprei hanya bisa dibentangkan sekali dikasur, bila belum rapi maka diulangin, sehingga tangan sakit dan pegal.

Perpisahan
Aku tak menghadiri perpisahan, karena kostum yang harus dipakai adalah kebaya. Sebelum menjelang perpisahan tugas praktek kami adalah membuat kebaya, dengan ukuran tubuh kami masing2. Aku suka kebayaku, aku menjahit dengan rapi. Modelnya pun cantik namun kebayaku ngpres badan sehingga tak mungkin aku pake ditempat umum. Dan perpisahan biasanya campur baur (ikhtilat). Sehingga aku putuskan tak mengikuti perpisahan saat aku SMA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar