SALAM BADINGSANAKAN

WE ARE BROTHER & SISTER

Kamis, 27 Oktober 2011

Bila Kuingan (episode SD)

Sejak lahir hingga kelas 1 cawu 1 aku tinggal di Benua Puhun, Muara Kaman, tu didaerah kutai, entah dimana aku juga kurang tau. Tak ada orang yang aku ingat dengan baik, jadi tak ada cerita tentang daerah kelahiranku ini. Oh ada sepotong2 kejadian yang aku ingat. Dulu sebelum sekolah kalau abah ngajar aku sering diajak masuk kelas, siswa2nya banyak yang sayang sama aku, mungkin karena aku imut (ih PD gede-geean), padahal item mutlak, hehe. Dulu waktu bermain2 dengan teman sebaya lumayan jauh dari rumah, aku sempat berimajinasi apa jadinya kalau aku lupa jalan pulang, bagaimana nasibku kedepan, aku akan menjadi anak jalanan. Terus juga mandi disungai Mahakam, kata mama kalau hari jum’at buaya akan dilepaskan Allah dari langit, aku percaya saja saat itu, mungkin ini cara mama agar aku berhenti mandi dan segera pulang. Sore-sore, saat mama, abah, aku n wardha (waktu itu adikku baru satu) pulang dari jalan-jalan (pake kaki aja jalan2nya, karena belum punya kendaraan), kami dibelikan permen karet (aku tak ingat, apakah saat itu kami yang meminta atau memang dibelikan), nah mungkin juga saat itu pertama kali aku mengenal permen karet, sehingga permen karet itu aku telan, jadilah mama n abah kalang kabut melihatku, hahaha.

Selanjutnya, setelah ulangan cawu 1, aku dan mama serta 2 orang adikku pindah ke  Amuntai, Kalsel ditempat nenek. Abahku tetap tinggal di Benua Puhun, karena PNS jadi sulit mengurus kepindahan. Disini pun aku tak begitu hafal nama2 teman sekelasku. Sepotong episode yang aku ingat saat kelas 2 jadwal aku piket membersihkan kelas, aku membawa kain lap yang sudah dicelupkan ke minyak tanah. Ini aku lakukan agar lantai papan dikelasku menjadi licin dan enak. Kemudian aku ditegur oleh temanku karena tanganku bau minyak tanah. Yah ketahuan, ungkap batinku. Pernah juga aku menangis sejadi-jadinya saat pulang dari mengaji, waktu itu aku mendapat giliran terakhir untuk mengaji dirumah guru ngaji di kampung nenek, tetangga sebelah rumahku sudah pulang duluan, akhirnya sepanjang jalan mulai dari rumah guru ngaji hingga rumah nenek  aku berlari sekencang2nya, sepanjang jalan yang aku lalui adalah kuburan, gimana gak takut coba, pohon pisang saja aku sangka hantu.

Nah waktu kenaikan kelas ke kelas 3, kami pindah lagi keBontang, kali ini abah juga pindah kerja (mungkin surat pindahnya sudah beres). Namun setelah pindah ke Bontang, sempat beberapa tahun kalau ngambil gajih abah harus ke Tenggarong. Ribet banget begini. Sampai sekarang aku tetap tak tertarik untuk jadi PNS.

Anak Baru
Di Bontang awalnya ortu ingin menyekolahkan disekolah abah, karena lokasinya jauh dari rumah so ga jadi, terus mencoba mendaftar di SDN 008 tapi kepseknya ga mau nerima. Terus mendaftar ke SDN 003 (Alhamdulillah disinilah sejarah pendidikanku terukir). Aku anak baru di 003, terus aku duduk dengan Rosidah dan Eka (kalau tidak salah), merka mengajariku cara membuka tempat sampah (hehe saat itu aku ga ngerti). Terus saat istirahat mereka mengajakku membeli es lilin, hm aku sangat penasaran sekali dengan es lilin, unik namanya. Eh pas beli ternyata es yang bisaa aku makan juga, hanya perbedaan nama. Ternyata yang anak baru ada 4 orang yaitu, Bismoko, Reza, aku, n Khairil.Setelah beberapa hari bu Aji (panggilan nama wali kelasku) mengubah tempat duduk kami. Akhirnya aku duduk bertiga dengan Reza & Khairil. Reza anaknya jahil n mucil banget. Lain lagi dg Khairil, anaknya pasrah banget dijahilin.

Gigi copot n muntah
Bila kuingat…. Khairil sepanjang dikelas 3 sempat 3 kali giginya copot dikelas, ibu Aji saja sampai sempat marah n heran sama ni anak. Terus pernah saat istirahat, bubuhannya (entah siapa saja saat itu) entah kemana tapi saat masukan mereka makan jambu bij i. Karena sebangku dengan Khairil, aku mintalah jambu dengan dia, sudah tak mau mebagi mengejek lagi, saat itu sebal tingkat tinggi pokoknya dengan Khairil & Reza. Tiba-tiba saat ditengah2 pelajaran,Khairil sudah tak bisa menahan dirinya untuk muntah, aku dan Reza yang duduk disampingnya segera menghindar, muntahnya bau jambu biji. Bu Aji Nampak murka saat itu. Sedangkan Khairil Nampak pucat, entah karena takut atau karena tak enak badan. Hehehe, aku hanya tersenyum kecil penuh kemenangan, rasain… pelit sih ucapku dalam hati. Kami kelas tiga masuk siang. Kelas 5 yang masuk pagi. Saat keesokan harinya kelas bersih, mungkin kakak2 kelas 5 yang membersihkan muntahan Khairil. Setelah beberapa bulan lagi tmpat dudukku dipindah, aku maju duduk didepan bersama Bismoko, dibelakang kami ada Reza  n Khairil. Namun Khairil satu tahun saja sekolah di 003, setelah kenaikan dia pindah. Setelah itu hingga sekarang kami tak tahu kabarnya.

Kelas 4
Saat kenaikan kelas aku sebangku dengan Dwi, sepertinya saat inilah aku mulai dekat dengannya, saat itulah kami bersahabat. Ada 4 anak baru lagi (sikembar Kaharudin & Khairul dipanggil Ilul, Koko serta Zul Fahmi), tapi aku lupa apakah mereka anak baru saat kelas 4 atau kelas 5. Kelas sering ribut akhirnya wali kelasku bu Diana mengubah tempat duduk kami, kami disusun berpasangan, aku sebangku dengan Anang, duduk paling belakang. Mungkin karena kami anak yang pendiam sehingga duduk paling belakang. Atau juga karena badan kami termasuk yang besar sehingga dibelakang. Dulu aku pernah mencoba mengurutkan, kalau aku tertinggi ke tiga setelah Ines n Rukiah. Ternyata Anang orangnya sangat menyebalkan, lupa apa saja tingkahnya yang selalu membuatku marah, terus dia cs-an lagi sama Darwin yang duduk didepan kami. Namun aku bisa mengatasi ni anak, tinggal diancam saja dia sudah diam, dia selalu percaya dengan ancamanku, padahal aku bohong, hahaha.

Kelas 5 n 6
Kelas 5 & 6 wali kelas kami pak Imron. Kami cukup dekat dengan beliau. Kami juga dapat teman baru Abdul Rahman Ali nama bekennya si Dul atau Gusdur, dia tak lain dan tak bukan anaknya pak Imron. Hanya dia sendiri yang pake celana panjang, karena pindahan dari SD Muhammadiyah. Sahabatku Dwi biasanya juara kelas, bila kuingat sejak kelas lima dia punya saingan berat, yaitu Yoris dan Zul Fahmi. Kami sejak dulu selalu dikelas B, karakter kelas kami, ada dua kubu, kumpulan perempuan & kumpulan laki-laki. Ketua geng kami yaitu Dwi, siapa yang dimusuhin Dwi maka kami semua memusuhinya. Jadi karena Yoris adalah saingan Dwi, maka kami juga bersikap tak baik dengan Yoris. Kalau mereka ejek-ejekan, kami akan membantu Dwi. Yang aku ingat, Yoris kalau dianter mamanya kami ejekin kalau dia takut mamanya terbang, karena dia pegangan kuat banget, heheh anak-anak.
Oya adalagi teman baru kami, namanya Vina n Nirwana, mereka ini tetanggaan. Vina ini pecinta Bollywood, dia saja sampai hafal apapun yang berkaitan dengan India. Sampai2 kalau melihat dia seperti Anjeli dalam film Kuch Kuch ho ta hai (bener ga sih tulisannya ini). Apalagi saat itu yang lagi booming kan film2 india. Sampai2 kami merubah nama kami seperti nama peran di film India. Tuk film Mohabbatain, yang jadi Tina si Vina, Sanju si Dwi, Kiran hehe aku, Iska si Astri, dll deh (hahaha jadi malu kalau ingat ini)

Berkelahi
Bila kuingat…. Aku pernah berkelahi dg Endil. Sekarang aja aku heran kok bisa aku yang pendiam berkelahi dengan anak laki-laki. Kejadiannya saat sore hari saat kami bimbel. Di wajahku membentang 2 goresan panjang kuku Endil (hm menganggu wajahku untuk beberapa hari). Entahlah Endil cedera dimana setelah perkelahian itu, seingatku, aku mencubit dg cibutan sangat kecil dilengannya (ini cubitan yang mematikan, hehe). Untung saja ada yang merelai pertengkaran kami.

Bila kuingat…. Pelajaran yang paling aku sukai adalah menyanyi, biasanya sebelum pulang sambil menunggu lonceng, pak Imron senang mengajari kami menyanyi. Ada suara 1, suara 2 hingga 4, sesuai baris meja. Biasanya adik2 kelas senang bergerombol di depan kelas menyaksikan suara merdu kami namun keseringan hancur, heheh.

Permainan
Aku sangat senang bermain ‘asin’, kalau bisa sekarang aku ingin bermain ini lagi. Permainan mengasyikkan lainnya adalah lompat tali. Pernah saat kelas 5 kami bermain lompat tali, wah asyik sekali, terjadilah sebuah kejadian, saat posisi tertinggi tali, kalau bukan Eka ya Ines saat itu yang mendapat giliran untuk melompat, da………n roknya tersingkap. Akhirnya jadi ejekan teman2 cowok, menangislah dia. Finally, pak Imron marah, kami dilarang bermain tali, dan tali kami disita. Satu lagi, permanan yang mengasyikkan adalah kasti, hm pengen main ini lagi.

Cinta monyet
Sejak kelas 5 kami sudah mulai mengenal cinta-cintaan, alias cinta monyet. Heheh malu dan lucu bila mengingat kisah ini.

Pak Dahlan
Pak Dahlan juga merupakan bagian penting dalam tulisan ini. Padahal dulu pak Dahlan adalah sosok yang kami benci, namun sekarang aku sadar bahwa pak Dahlan salah satu ‘is the best’ di 003. Beliau adalah penjaga sekolahku, badannya besar dan tegap dengan tampang yang sedikit galak, namun ramah dengan ortu2 siswa. Abah dan mama juga kenal baik dengan pak Dahlan. Pak Dahlan adalah sosok yang menakutkan disekolah, karena sering marah. Kami juga sih bandel, gimana gak terpancing coba. Pernah, saat kelas 5, ruang kelasku bersebelahan dengan ruang guru. Kami lagi tak ada guru, terus kompak sekelasan bernyanyi yang liriknya Cuma ‘ay ay ay ay yaya’ sambil mukul meja dengan irama yang sama. Jujur ini adalah music yang berseni, berirama indah. Entah dari mana datangnya kok bisa kompak sekelasan. Eng ing eng tak berapa lama datang pak Dahlan dengan wajah merah padam, dimarahinlah kami. Maaf ya pak Dahlan, memang tuh temen2 anak bandel, heheh peace temen2,~v

Perpisahan
Perpisahan dilakukan disalah satu ruang kelas yang lumayan gede. Orang tua kami diundang. Terus hiburannya adalah paduan suara dari kelasku kelas 6B, entah apakah dulu kelas 6A perform jg apa ga, udah lupa. Dengan bangganya aku naik kepanggung dengan teman2ku.

Tak begitu banyak yang aku ketahui tentang kabar teman2 SDku sekarang  gimana, mungkin karena dulu tak ada alat komunikasi untuk bertukar kabar, yang punya telfon rumahpun hanya sebagian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar